June 27, 2010

Pindaaah

Hey! masih adakah yang baca blog ini? engga kan.. haha

Blognya udah pindah lho! nih tinggal klik ini
okee?

thanks,

Anda

May 8, 2010

Waspadai Bipolar Disorder

Hey!! Look at this post!!!

Apakah Kamu sering menonton Oprah Winfrey's Show? Jika Anda rutin menontonnya, tentu Anda mengingat tentang kelainan yang satu ini. Oprah secara khusus membuka sebuah talk show tentang orang-orang yang secara spontan bertindak atas apa yang mereka pikirkan tanpa menimbangnya sama sekali. Berdasarkan situs Oprah. corn, dicontohkan bahwa salah satu
bintang tamunya, Sinead O'Connor, pernah merobek foto Paus Yohanes Paulus II saat penampilannya Saturday Night Live pada tahun 1992. Selain itu, ada juga seorang Ayah yang seringkali memarahi keluarganya, bahkan menghancurkan perabotan rumah tangga tanpa suatu sebab yang jelas. Kedua kasus ini diakibatkan oleh kelainan mental yang dinamakan bipolar disorder.

Bipolar disorder merupakan kelainan mental akibat depresi berat yang berkepanjangan. Kelainan ini menyebabkan perubahan antara rasa bahagia dan depresi yang ekstrim. Penyakit ini sendiri memang dipelajari khusus dalam psikiatri. Selain itu, dalam perjalanan sejarahnya memang ia didefinisikan beragam oleh banyak kebudayaan lokal. Ciri utama yang tampak adalah gangguan dalam menimbang suatu tindakan. Misalnya saja, seorang dengan bipolar disorder bisa saja mendadak membeli 500 set televisi hanya karena ia percaya bahwa harganya akan naik. Dalam Oprah Winfrey's Show sendiri, seorang pembicaranya mengakui bahwa ia pernah membeli rumah mewah dengan harga yang sangat tinggi karena ingin mempunyai rumah impiannya sewaktu kecil. Ada pula seorang wanita yang secara kalap mengejar sebuah mobil yang hanya sedikit menyerempet mobilnya. Ada dua tipe bipolar disorder: tipe I dan tipe II. Kedua tipe ini dibedakan oleh karena tingkat kelainan yang diderita. Tipe I lebih parah jika dibandingkan dengan tipe II. Bipolar disorder tipe I yang ditandai dengan adanya mania (rasa senang berlebihan) ini sendiri bisa saja muncul pada anak-anak. Jika tidak ditangani, kelainan ini pun akan semakin parah ketika mereka beranjak dewasa. Mereka terlalu sensitif, percaya diri, atau bahkan idealis. Misalnya saja, mereka berani untuk mendatangi kepala sekolah dan memintanya untuk memecat guru yang tidak mereka sukai. Biasanya, mereka yang digolongkan dalam tipe II adalah mereka yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, tipe II biasanya ditandai dengan keadaan hipomania ini dinilai masih berada pada tahap aman karena tidak memiliki tanda-tanda perubahan sikap yang ekstrim.

Di dunia terdapat sekitar 1 persen penduduk yang mengalami kelainan mental ini. Dari semuanya itu, setidaknya terdapat 15 persen pengidap kelainan ini yang ingin bunuh diri. Kelainan ini sendiri umumnya memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi pada kelompok-kelompok terkenal seperti musisi dan artis.

Ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa bipolar disorder sangat terkait dengan umur ayah dari pasien. Semakin tua seorang ayah ketika istrinya mengandung maka anak yang lahir nantinya semakin berisiko untuk mengalami bipolar disorder. Hal ini terkait dengan kemungkinan terjadinya mutasi pada gen yang mengatur perkembangan kelainan saraf akibat pembentukan sel sperma terus menerus sehingga menyebabkan kelainan pada DNA. Hal ini dibuktikan dengan suatu studi yang menemukan bahwa seseorang yang memiliki ayah dengan umur 55 tahun ke atas berisiko 37 kali lebih besar daripada mereka yang memiliki ayah sekitar umur 20 hingga 24 tahun.

Secara genetika pun, ditemukan            seorang dengan bipolar disorder memang memiliki         riwayat keluarga            dengan kelainan yang sama pada beberapa generasi. Studi pada kembar identik menunjukkan bahwa kelainan ini memiliki kemungkinan 40-80 persen dimiliki oleh pasangan kembarnya. Hal ini berbeda dengan kembar tidak identik yang hanya memiliki kemungkinan berkisar 10-20 persen. Dugaan penyebab lain seperti trauma masa kecil, dan stress berkepanjangan.

Kelainan ini biasanya dimulai pada akhir usia remaja atau menjelang masa dewasa (sekitar umur 20 tahun). Pada laki-laki, gejala yang pertama kali muncul adalah mania sebagai episode awal dari kelainan ini. Pada wanita terjadi sebaliknya, terjadi gejala depresi yang cukup berat. Rata-rata perubahan antara episode mania dan depresi ini terjadi sebanyak empat kali dalam kurun waktu sepuluh tahun, dengan memiliki masa antara yang "normal". Terdapat 5-15 persen kasus dimana perubahan episode tersebut terjadi dalam kurun waktu setahun tanpa ada fase normal.

Ketika berada pada fase depresi, seorang dengan kelainan ini akan merasa sangat sedih dan tidak bersemangat untuk bekerja. Tidak jarang pula mereka akan merasa tidak berguna dan tidak ada yang ingin membantu mereka sehingga mereka merasa ingin bunuh diri. Gejala depresi ini diperkuat dengan keadaan mereka yang tidak mampu untuk konsentrasi, cepat lelah dan lapar, selalu mengantuk, serta lambat dalam berpikir. Hanya saja, ketika berada dalam fase mania mereka akan merasa bahagia dan dianggap sebagai orang penting tanpa suatu sebab yang jelas. Mereka seakan akan begitu bersemangat sehingga mampu berbicara dan berpikir dengan cepat ke berbagai topik tertentu. Fase ini juga ditunjukkan dengan ketidaksabaran penderita, "blak blakan", dan berpikir irasional. Penggunaan terapi sangat dianjurkan untuk menangani kelainan mental yang satu ini. Terapi yang diberikan tidak hanya dalam bentuk pengobatan oleh dokter, tetapi dapat pula berupa edukasi dan pembentukan pengetahuan serta sikap yang seharusnya. Target penanganannya pun tidak hanya melibatkan        pasien, tetapi dapat pula ditekankan      pada keluarga serta kerabat dekat dari pasien sebagai upaya memperkuat dukungan social bagi kesembuhan pasien.Tindakan‑ tindakan         tersebut terbukti efektif untuk mengurangi depresi, kekambuhan,   dan emosi         berlebihan yang menjadi ciri khas bipolar disorder.

Di Indonesia sendiri belum diketahui berapa banyak penduduk yang terkena kelainan mental seperti ini. Hanya saja, kita tetap perlu mewaspadai kelainan ini dengan beragam cara. Selain memperbaiki hubungan sosial, tidak ada salahnya jika kita menghindari berbagai faktir risiko yang sudah dipaparkan sebelumnya. Jika muncul gejala-gejala yang menunjukkan kelainan ini, segera bawa ke psikiatri terdekat

Labels: